Festival Tabuik di Kota Pariaman, Sumatera Barat, bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga sebuah tradisi yang mengandung makna sejarah dan spiritual. Upacara ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Pariaman sejak lebih dari satu abad yang lalu. Akar sejarahnya yang mendalam berasal dari peringatan peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu Pertempuran Karbala, yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat dengan kearifan lokal.
Asal Usul Festival Tabuik
Secara historis, Festival Tabuik di Pariaman bermula dari tradisi peringatan Asyura, yang merupakan ritual tahunan yang dipraktikkan oleh komunitas Syiah di banyak bagian dunia untuk mengenang peristiwa tragis Pertempuran Karbala. Pada tahun 680 Masehi, cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali, dan para pengikutnya dibunuh secara tragis oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Padang Karbala, Irak. Pertempuran ini dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan menjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam, terutama bagi umat Syiah.
Peringatan Asyura kemudian dibawa oleh para imigran Muslim dari India dan Timur Tengah yang datang ke Sumatera Barat pada abad ke-19. Mereka memperkenalkan upacara tersebut ke masyarakat Pariaman, yang kemudian mengembangkan tradisi ini menjadi lebih kaya dengan perpaduan budaya lokal Minangkabau. Nama “Tabuik” sendiri berasal dari kata Arab “tabut,” yang berarti peti atau tandu. Ini merujuk pada peti yang dipercaya digunakan untuk membawa jenazah Imam Husain di medan Karbala.
Awal Mula Perayaan Tabuik di Pariaman
Peringatan pertama Tabuik di Pariaman diduga dimulai pada pertengahan abad ke-19, ketika para pekerja asal India yang sebagian besar berasal dari komunitas Syiah bekerja di wilayah tersebut di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Mereka memperingati Asyura dengan cara tradisional mereka, yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lokal.
Seiring berjalannya waktu, Festival Tabuik di Pariaman mengalami proses akulturasi dengan budaya Minangkabau. Meskipun akar sejarahnya berasal dari tradisi Syiah, festival ini telah berubah menjadi sebuah perayaan yang merayakan kebersamaan dan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, dengan banyak unsur budaya Minangkabau yang dimasukkan ke dalam prosesi dan rangkaian acaranya. Kini, Festival Tabuik lebih dikenal sebagai bagian dari tradisi budaya dan pariwisata di Sumatera Barat, dan telah menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Prosesi dan Rangkaian Acara Tabuik
Festival Tabuik berlangsung selama 10 hari dan melibatkan berbagai rangkaian prosesi dan acara yang sarat akan makna simbolis. Setiap tahapan memiliki arti tersendiri, yang pada dasarnya menggambarkan perjuangan dan pengorbanan Husain di Karbala. Berikut adalah rangkaian utama dalam prosesi Tabuik:
- Pengambilan Tanah (Maambiak Tanah) Rangkaian acara dimulai dengan prosesi pengambilan tanah yang dilakukan oleh dua kelompok masyarakat: Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Mereka akan mengambil tanah dari dasar sungai, yang melambangkan awal mula penciptaan manusia dan juga kematian.
- Tanda Panja Panja, yang berarti tangan, adalah simbol tangan Husain yang terpotong dalam pertempuran Karbala. Tanda Panja ini dipasang di atas bangunan Tabuik, sebagai pengingat atas pengorbanan yang dilakukan oleh Husain.
- Turun ke Laut Salah satu prosesi yang paling ditunggu adalah pada hari terakhir festival, di mana replika Tabuik yang besar dan megah diarak dari pusat kota menuju pantai Pariaman. Ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan arak-arakan Tabuik ini. Setelah tiba di pantai, Tabuik akan dihanyutkan ke laut. Proses ini melambangkan pembuangan segala kesedihan dan penderitaan, serta harapan untuk kehidupan yang lebih damai di masa depan.
- Arak-arakan Tabuik Selama prosesi, Tabuik diarak keliling kota dengan penuh kemeriahan. Kuda-kuda buatan yang besar dan megah, lengkap dengan sayapnya, adalah pusat perhatian utama dalam arak-arakan ini. Tabuik digiring dengan iringan musik tradisional, seperti gandang tasa dan alat-alat musik lainnya, menciptakan suasana yang begitu meriah dan khidmat.
- Pembuangan Tabuik ke Laut Sebagai puncak acara, dua Tabuik besar, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang, akan dibawa ke pantai Pariaman untuk kemudian dihanyutkan ke laut. Prosesi ini memiliki makna spiritual mendalam, melambangkan pembebasan dari rasa duka dan penderitaan.
Makna Simbolis Tabuik
Festival Tabuik sarat akan makna simbolis yang terkait dengan peringatan Pertempuran Karbala. Bagi umat Muslim, khususnya umat Syiah, pertempuran ini melambangkan perjuangan melawan ketidakadilan, penindasan, dan pengorbanan yang dilakukan oleh Husain bin Ali demi membela kebenaran. Dalam konteks masyarakat Pariaman, Festival Tabuik juga menjadi simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan serta pengingat akan pentingnya persatuan dan solidaritas.
Meski berasal dari tradisi Syiah, masyarakat Pariaman yang mayoritas Sunni telah mengadopsi perayaan ini sebagai bagian dari budaya lokal mereka. Kini, Festival Tabuik tidak hanya diperingati sebagai acara religius, tetapi juga menjadi perayaan budaya yang melibatkan seluruh masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan.
Pengaruh Festival Tabuik Terhadap Pariwisata
Festival Tabuik kini telah menjadi salah satu atraksi wisata budaya terbesar di Sumatera Barat. Ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, datang setiap tahun untuk menyaksikan prosesi megah ini. Tak hanya menyuguhkan kekayaan budaya, Festival Tabuik juga memperkenalkan para wisatawan pada tradisi, kuliner, dan keindahan alam Pariaman.
Bagi Anda yang berencana berkunjung ke Pariaman untuk menghadiri Festival Tabuik, menggunakan jasa rental mobil di Padangtrans.com bisa menjadi solusi transportasi yang nyaman dan praktis. Dengan rental mobil, Anda dapat mengatur jadwal perjalanan lebih fleksibel, serta mengeksplorasi berbagai tempat menarik di Sumatera Barat dengan lebih leluasa.
Penutup
Festival Tabuik di Kota Pariaman adalah salah satu tradisi budaya Indonesia yang begitu unik dan penuh dengan makna sejarah serta spiritual. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Sumatera Barat, festival ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga cerminan dari kekuatan persatuan dan solidaritas masyarakat Pariaman. Jika Anda ingin merasakan pengalaman yang berbeda, berpartisipasi dalam Festival Tabuik bisa menjadi pilihan yang tepat.